Axiata Xlindo

Axiata Xlindo

Senin, 25 April 2011

SEMAKIN TUA SEMAKIN BERISI, Hidup Adalah Amanah

Maskup Ustiyanto


Pagi yang cerah itu, tim Borobudur menyambangi kediaman Bapak Maskup Ustiyanto, salah satu putra terbaik Jawa Tengah yang asli kelahiran Kudus. Di kediamannya yang asri dan nyaman itu, tim diterima dengan sangat ramah dan sopan bak saudara yang lama tak bersua. Dari raut mukanya yang teduh dan berseri-seri, tampak kalau ia menikmati hidup sebagai seorang pensiunan yang masih tampil aktif dan atraktif. Padahal, ia telah memiliki lebih dari 10 cucu dan hampir memasuki usia kepala tujuh.
Sebagai seorang pensiunan di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, ia tidak lantas vakum dari hingar bingarnya dunia pemerintahan yang selama ini digelutinya. Lebih dari tiga dasawarsa sudah ia lewati di birokrasi dan hasilnya, ia telah menerima banyak penghargaan dari berbagai pihak termasuk dari Presiden SBY. Tidak hanya kenyang dan familiar di dunia birokrasi, ia juga dikenal luas sebagai seorang pengusaha dibidang perhotelan. Buktinya, bisa kita lihat terdapat beberapa bangunan hotel di sepanjang jalan kota bogor yang diberi label Hotel Ririn, tepatnya di Jl. Ciburial Indah I & II Baranangsiang, Kota Bogor. ”bisnis bagi saya adalah hobby, jadi kalau sudah menjadi hobby berarti kita harus senang dan ikhlas menjalaninya.” tegasnya, sembari mengingat kembali masa-masa dimana dia masih aktif sebagai seorang birokrat di jajaran Pemprov DKI Jakarta dan mengurusi bisninya itu. ”kaya itu bukan larangan termasuk seorang birokrat boleh saja, asal caranya benar dan tidak menyalahi aturan. Jadi saya sangat prihatin apabila melihat junior-junior saya yang sampai melakukan tindakan amoral dan korupsi hanya untuk mengejar kekayaan dengan mengadaikan jabatannya. Saya sangat menentang cara-cara itu, bukankan jalan menjadi kaya atau sukses itu banyak ragamnya salah satunya dengan bisnis. Bisa lah diatur di luar jam kerja bagaimana kita pintar-pintar mengatur waktu.” tambahnya mantap.
Berangkat dari hobbynya berpetualang ke berbagai tempat dan kecintaannya akan keindahan alam sehingga akhirnya ia berpikir bagaimana seandainya kelak hobbynya itu disalurkan dalam bisnis yang memiliki konsep sama. Kekaguman akan keindahan alam sudah merupakan bagian kesehariaanya saat kecil dulu dimana ia dibesarkan dalam lingkungan pedesaan yang dekat dengan pemandangan alam, sawah yang hijau dan sejauh mata memandang tampak panorama yang menyejukkan mata. ”Orang sekarang kalau mau menginap di hotel kesan yang muncul adalah sekat dinding yang tinggi dan tempat untuk istirahat semata. Padahal tidak cukup itu saja. Kalau ingin pengunjung datang lagi kita harus memberikan nuansa yang berbeda. Hakekatnya tamu akan merasa terkesan saat kita suguhkan pemandangan yang berbeda. Makanya saya bangun hotel ini juga mempunyai tujuan untuk melestarikan lingkungan dan memberikan service prima kepada para tamu yang berkunjung. Sehingga, selain bisa istirahat dengan nyaman, mereka (tamu-red) juga akan fress dan prima saat sudah kembali bergelut dengan aktifitas kesehariannya.” imbuhnya bangga.
Ditanya bagaimana ia menapaki tangga sukses dalam mengelola bisnis perhotelan, dengan nada merendah ia katakan bahwa masing-masing orang sudah punya garis tangan (takdir-red). ”Alhamdulillah saya termasuk orang yang diberikan kemudahan oleh Allah SWT. Dalam menggeluti bisnis yang sudah berjalan 22 tahun ini, seingat saya baru sekali mengalami kendala, itupun tidak terlalu significant. Namun, harus diingat bahwa tanpa kerja keras dan visi yang jelas seseorang akan gamang menapaki tangga kesuksesannya. Pebisnis itu setidaknya memiliki pandangan yang visioner jauh kedepan, istilah keren sekarang forcasting artinya mampu melihat kondisi dan situasi yang akan dijadikan tumpuan dalam meramu bisnisnya. Jadi kemampuan meneropong seperti adalah kemampuan lebih yang harus selalu diasah oleh mereka yang berniat terjun ke bisnis. Jatuh bangun adalah hal yang biasa bagi seorang pebisnis, dengan kondisi seperti itu sebetulnya sudah mulai mengasah kemampuan insting bisninya.” jelas kakek satu ini dengan nada semangat.
Berangkat dari hotel yang hanya memiliki kamar 12 ruang kala itu, kemudian berangsur-angsur menjadi sekitar 70 kamar lebih dan sekarang telah mampu mnegoperasikan 2 hotel yang rata-rata memiliki kamar lebih dari 100 ruang adalah bukti bahwa bisnis perhotelan tersebut tidak dibangun secara instan, tetapi dengan kerja keras dan berproses. Kemungkinan di tahun ini juga akan didirikan lagi cabang Hotel Ririn di 2 tempat masih di kawasan kota bogor. Menariknya, ia hanya sekali mengalami bagaimana kondisi yang buruk dalam bisnis perhotelan. Baginya, bisnis adalah penyaluran hobby sehingga profit dinomorduakan. ” kalau kita enjoy dengan bisnis kita, profit pasti akan mengikuti. Namun, sebaliknya kalau orang bisnis yang dikejar semata-mata hanya profit oriented maka ia akan menjadi hampa dan mengahalalkan segala cara untuk meraihnya. Seperti saya katakan tadi, banyak orang di jaman ini yang sebetulnya berkarakter baik tetapi hancur kinerja dan martabatnya hanya karena persoalan kenikmatan di dunia. Kalaupun kita kaya berapa banyak sih yang bisa kita manfaatkan. Untuk tidur kita hanya butuh satu kamar, mau jalan paling hanya pakai satu kendaraan apalagi urusan perut, sangat terbatas sekali lah...”. Ia pun tidak terlalu risau dengan banyaknya kompetitor yang ada karena banyak disekitar hotelnya berdiri hotel-hotel dengan kelas bintang tiga dan lima. Ia merasa yakin dengan konsep hotel yang diusungnya. Dengan ciri khas pemandangan hijau yang asri serta dikelilingi pepohonan yang rindang, pantas kiranya kalau banyak pengunjung yang terkesan. Pokoknya pas banget dengan karakter Kota Bogor. ”orang datang ke sini (Bogor-red) kebanyakan hanya untuk beristirahat dan melepas penat. Setelah rileks dan santai mereka akan kembali lagi ke Jakarta”.
Sosok yang satu ini juga dikenal sebagai pimpinan di berbagai paguyu ban, antara lain Paguyuban orang-orang Kudus di Jakarta dan Paguyuban werdatama. Motivasinya, mengapa sampai ia menerima amanah itu, tak lain dan tak bukan hanya karena ia merasa senang dengan dunia sosial, karena hidup adalah amanah. Karakter wong kudus sangat kental dalam diri Bapak satu ini karena terbiasa dengan jikang, mengaji dan berdagang. Baginya, paguyuban adalah organisasi yang flexibel dan bersifat kekeluargaan jadi tidak harus diikat dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Kalaupun ada keinginan anggota untuk dikembangkan menjadi segmentasi bisnis, paguyuban hanya menjadi fasilitator. Itupun nanti muaranya harus ada timbal balik kepada paguyuban, sehingga tidak ada yang dirugikan. Banyak sekali paguyuban sekarang ini, mengembangkan usaha perkoperasian, salah satunya bisa diambil contoh adalah paguyuban Jawa Tengah yang telah memiliki anggota kurang lebih 200 orang dan telah menyalurkan akad kredit lebih dari 200 juta.
Lebih lanjut, ia jelaskan bahwa Forum Komunikasi Masyarakat Kudus ini adalah wahana atau sarana berbagai organisasi warga kudus yang ada di Jakarta. Dulunya, telah ada organisasi yang menghimpun warga Kudus seperti K3 (kerukunan keluarga Kudus) yang pengurusnya antara lain Solihin Salam, Pak Cuk, Subhan ZE (salah seorang menteri era orde lama). Era Pak Maskup termasuk angkatan kedua karena Ia bergabung persisnya tahun 1964. Waktu itu masih kelihatan grubyak-grubyuk belum faham maksudnya apa bergabung dengan organisasi. Maklum lah karena saat itu ia masih menempuh pendidikan. Sebelum FKMK berdiri, telah ada namanya Pamasku (Paguyuban Masyarakat Kudus). Ada juga IASKU (Ikatan Alumni SMA 1 Kudus).
Ia pun bercerita bagaimana susahnya menfasilitasi semua organisasi dari warga kudus sampai akhirnya, Ia kumpulkan para pengurus masing-masing organisasi tersebut dan hasilnya terbentuk FKMK. Ia pun mempersilahkan siapa saja untuk mendirikan berbagai paguyuban yang anggotanya orang-orang Kudus karena memang paguyuban itu sifatnya sukarela. Ada yang aktif ada yang vakum, baginya adalah hal yang biasa karena paguyuban tidak mengikat siapapun, lebih kepada partisipasi dan saling support sehingga yang dibangun adalah rasa kebersamaan dan kekeluargaan. ”Jadi, dengan mudah kita bisa mengumpulkan donasi apabila terjadi bencana di daerah, seperti awal tahun 2000 terjadi banjir bandang di kudus kita bisa seguyub untuk membantu saudara-saudara kita di daerah. Menjelang lebaran seperti, kita upayakan bisa mendistribusikan berbagai paket ke daerah.
Di kesempatan yang baik ini saya juga sampaikan terima kasih atas difasilitasinya warga kami untuk mudik gratis. Semoga tahun yang akan datang bisa lebih semarak lagi. Kalau bisa jangan hanya pemerintah Provinsi atau Kabupaten/Kota yang turun tangan karena tidak mungkin bisa mengcover sebanyak peserta mudik. Para pengu saha dan kalangan swasta kalau bisa juga diajak untuk berpartisipasi, banyak pengusaha yang mau diajak berpartisipasi untuk kegiatan sosial seperti ini.” himbaunya mengakhiri pembicaraan.[]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar