Axiata Xlindo

Axiata Xlindo

Senin, 25 April 2011

CATATAN MUDIK LEBARAN REVIEW SEMANGAT BALI NDESO, MBANGUN DESA

Bagi mereka yang berduit mungkin akan memilih naik pesawat atau kereta kelas eksekutif. Tapi, bagi yang kemampuan ekonominya pas-pasan pasti larinya ke angkutan bus atau kereta api kelas ekonomi. Atau yang mudik hanya antar kota dalam provinsi jarak dekat lebih memilih naik motor saja. Meski begitu, fenomena ini tak jarang menimbulkan masalah.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah menggandeng beberapa instansi untuk mencarikan solusinya, seperti munculnya ide mudik bersama. Beragam upaya digagas untuk mengatasinya. Seperti mudik bersama yang dilakukan beberapa instansi, sebuah pilihan di saat harga tiket melambung tinggi. Paguyuban Jawa Tengah (PJT) misalnya, bersam dengan Kantor Perwakilan Jawa Tengah telah menggagas program mudik bersama sejak beberapa tahun lalu. Mulanya tak banyak bus yang disediakan, tapi dari tahun ke tahun kegiatan ini terus memperoleh dukungan. Buktinya banyak juga pihak yang mau menyeponsori program ini. Belum lagi tiap tahun jumlah pemudik selalu bertambah.
Menurut Leles Sudarmanto, Ketua Panitia Mudik Bersama, problem mudik ini adalah persoalan bersama. Karena itu, harus ada kepedulian dari pemerintah maupun pihak swasta terhadap karyawan maupun masyarakat umum. Tak hanya di sektor formal saja, tapi juga sektor informal. ”Dari awal kami terus menggalang koordinasi dengan Pemprov Jateng dan Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah untuk mengadakan mudik gratis seperti ini sebagai agenda tahunan bagi warga Jateng yang berada di DKI Jakarta dan sekitarnya,” katanya dengan penuh semangat.
Ditambahkannya, untuk tahun ini akan muncul lonjakan peminat mudik bersama karena harga tiket yang terus naik. Logikanya sederhana saja, jika mudik dengan bus umum untuk sampai ke daerah-daerah di Jawa Tengah, seorang pemudik harus mengeluarkan dana lebih dari Rp 100 ribu. Hal ini jelas akan memberatkan pemudik.
Yang pasti, program ini bertujuan untuk mempermudah masyarakat pulang ke kampung halamannya.”Semua orang punya hak yang sama untuk bisa bertemu sanak saudaranya,” imbuh Bung Leles mantap. Termasuk kaum buruh pabrik, karyawan kelas bawah, dan masyarakat pinggiran kota. Mudik bersama jelas memberikan keceriaan
bagi para pemudik, disamping mereka bisa bersama-sama pulang ke kampung halaman dengan free alias gratis, mereka juga akan dimanjakan dengan banyaknya hadiah dan produk dari para sponsor. ”Itu sudah merupakan komitmen kami, sebagai pengurus Paguyuban Jawa Tengah untuk selalu memberikan sumbangsih pengabdian sekaligus sebagai wujud kepedulian sosial bagi sesama warga Jawa Tengah,”tegasnya lagi.
Dalam wawancara tersebut, bung Leles juga menghimbau dan mengajak seluruh paguyuban daerah untuk dapat berperan aktif dalam menggerakkan anggotanya guna seguyub untuk bersama-sama membangun Jawa Tengah melalui semangat mudik sebagaimana ajakan Gubernur Jateng dengan konsepya ”Bali Ndeso, Mbangun Deso”. Jawa Tengah akan maju dan berkembang manakala masyarakatnya juga peduli dan aktif dalam mengawal pembangunan.
Untuk melaksanakan kegiatan tahunan itu, PJT telah mendirikan dua pos pendaftaran, yaitu di Kantor PJT, Jalan TB. Simatupang No.19 Kampung Rambutan dan di Kantor Perwakilan Jawa Tengah. ”Rencanaya kami buka pendaftaran samapai tanggal 24 Agustus, namun antusiasme warga Jateng sungguh cepat reaksinya, sehingga sebelum tanggal 24 Agustus kuota bus sebanyak 145 bus telah terpenuhi,”lanjutnya. Sebagaimana diketahui, bahwa mudik tahun ini terjadi peningkatan penyedian armada angkut, tahun lalu hanya berjumlah 120 bus, tahun ini menjadi 145 bus yang sebagian dari bantuan Pemprov Jateng dan separonya dari bantuan Bupati/Walikota se-Jateng. Dengan perkiraan peserta mudik lebih dari 7.800 orang, pastinya mudik tahun ini menjadi lebih semarak dan tentunya pengaturannya tidak sederhana.
Rencananya, pemberangkatan akan dilaksanakan dari Museum Purna Bhakti Pertiwi pada minggu, 5 september yang berarti H-5 lebaran. Pemberangkatan sedianya akan dilepas secara simbolis oleh Gubernur Jateng, Bibit Waluyo. ”Jadwal pemberangkatannya dimulai pukul 09.00 hingga selesai,” tegas Bung Leles.
Di antara berbagai rute itu, yang paling banyak dituju adalah Solo, Wonogiri dan Kebumen. ”Dari banyaknya pendaftar dari daerah tertentu tadi dikarenakan sosialiasi dari paguyuban daerahnya sehingga mendapat respon cepat dari warganya,” kata Untung RS, salah satu petugas pendaftaran. Setiap hari tidak kurang dari 100 orang rela antri mendaftar. Oleh karena itu, diharapkan tahun-tahun mendatang, mudik dapat dijadikan sarana untuk menghidupkan kembali semangat paguyuban sehingga masing-masing daerah dapat berpatisipasi secara berimbang. Di jakarta tidak kurang dari 40 paguyuban daerah asal jawa tengah telah ada, namun yang eksis bisa dihitung dengan jari. Hal ini mungkin lebih dikarenakan semangat kebersamaan yang belum terpatri dan banyak juga pengurus paguyuban yang belum memiliki jiwa entrepreneurship, sehingga wadah paguyuban hanya dijadikan tempat kongkow-kongkow dan kumpul semata.
”Sebetulnya banyak potensi yang bisa digarap. Banyak sekali pengurus paguyuban berasal dari kalangan birokrat dan pengusaha. Mereka bisa diajak untuk rembug tentang kondisi di daerah asalnya untuk mewujudkan impian para pendiri bangsa dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang sampai saat ini masih belum merata,” papar H.S. Hartono, salah seorang Ketua di PJT. Lebih jauh dia menjelaskan bahwa sekarang ini semangat ’Bali Ndeso, Mbangun Deso’ sudah menjadi isu nasional yang berarti bahwa seluruh elemen bangsa setidaknya merasa bertanggung jawab akan pembangunan daerah, ibaratnya kacang tidak lupa akan kulitnya.
” Saya melihat teman, baik yang di PJT maupun di paguyuban-paguyuban daerah sudah mulai muncul semangat itu (mbangun Deso-red). Namun tidak cukup hanya dengan modal semangat, tetapi juga karya nyata. Alhamdulillah saat ini PJT telah mampu mendirikan koperasi dengan berbagai unit usaha, termasuk yang menjadi unggulan adalah simpan pinjam. Terlebih saat ini telah berdiri Bank Jateng di Jakarta, sehingga bersama-sama dengan koperasi dapat diarahkan untuk memberikan fasilitas kredit dan pembiayaan modal usaha bagi warga Jawa Tengah. Kami himbau paguyuban-paguyuban lain dapat melakukan hal serupa,” tandas Beliau yang dikenal dermawan di kalangan teman sejawatnya. Karena untuk pertama kalinya, sejak PJT berdiri selalu berkantor di rumah atau kantor Ketua nya, namun berkat kedermawanannya, Kantor PJT tampak terlihat gagah dan megah di pinggir jalan TB. Simatupang. (red-TH)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar