Axiata Xlindo

Axiata Xlindo

Senin, 25 April 2011

INKLUSI, PENDIDIKAN TANPA DISKRIMINASI

Modal Semangat
Bermodal semangat untuk menyumbangkan darma bakti kepada masyarakat Purbalingga melalui pendidikan, lahirlah sekolah inklusi SD PAS (PAS)yang beralamat jalan Letjend. S.Parman No. 19B Purbalingga. Sebagai saudara kandung SD PAS yang berlokasi di Karang Tengah I, Lebak Bulus Jakarta Selatan, SD PAS berdiri untuk mendidik siswa yang kesulitan belajar, seperti ADHD, ADD, autis, disleksia, diskalkulia, lamban belajar dan sebagainya. Setali tiga uang, hal tersebut ternyata mendapat sambutan positif dari masyarakat setempat bahkan dari daerah di kecamatan yang lain. Sebagai sekolah inklusi, SD PAS mempunyai anak didik yakni siswa normal dan siswa berkebutuhan khusus. Mereka diajarkan untuk bersama-sama sehingga mereka dapat berintegrasi, belajar, bermain, tumbuh dan berkembang bersama, ditumbuhkan sikap dan sifat saling menghormati dan menghargai, meskipun antara mereka berbeda kemampuan.
Pengertian dan Konsep Pendidikan Inklusi
Pendidikan inklusi meaipakan perkembangan terkini dari model pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Secara formal kemudian ditegaskan dalam Konferensi Dunia tentang Pendidikan Berkelainan bulan Juni 1994. Dalam konferensi tersebut ditegaskan bahwa prinsip mendasar dari pendidikan inklusi adalah ‘selama memungkinkan, semua anak seyogyanya belajar bersama-sama tanpa memandang kesulitan ataupun perbedaan yang mungkin ada pada diri anak’.
Pun demikian di Sekolah Inklusi PAS merupakan tempat setiap anak dapat diterima, menjadi bagian dari kelas tersebut, saling membantu dengan guru dan teman sebayanya, maupun anggota masyarakat lain agar kebutuhan individualnya dapat terpenuhi. Selain itu SD Inklusi PAS juga menempatkan anak berkebutuhan khusus tingkat ringan, sedang, dan berat secara penuh di kelas reguler. Hal ini menunjukkan bahwa kelas reguler merupakan tempat belajar yang relevan bagi anak berkelainan, apapun jenis kelainannya dan bagaimanapun gradasinya. Oleh karena itu, SD Inklusi PAS menekankan adanya restrukturisasi sekolah, sehingga menjadi komunitas yang mendukung pemenuhan kebutuhan khusus setiap anak, artinya kaya dalam sumber belajar dan mendapat dukungan dari semua pihak, yaitu para siswa, guru, orang tua, dan masyarakat sekitarnya. Melalui pendidikan inklusi, anak berkebutuhan khusus dididik bersama anak lainya (normal) untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Hal ini dilandasi oleh kenyataan bahwa di dalam masyarakat terdapat anak normal dan anak berkebutuhan khusus yang tidak dapat di pisahkan sebagai suatu komunitas.
Ada 6 (enam) elemen yang terkandung dalam pendidikan inklusi, yaitu: (1) inklusi (keterbukaan) dari semua anak; dengan kemampuan yang beragam di sekolah akan diperhatikan jika mereka memiliki cacat, (2) representasi anak dengan kemampuan berbeda di sekolah dan kelas dalam proporsi yang alamiah untuk suatu wilayah yang besar, (3) tidak ada penolakan dan kelompok yang heterogen, (4) usia dan jenjang penempatan yang sesuai dengan kemampuan yang beragam, (5) lokasi didasarkan pada koordinasi dan manajemen pengajaran dan sumber daya, dan (6) gaya sekolah efektif dipusatkan pada model pengajaran.
Model Pendidikan
Terkait dengan model pendidikan inklusi dan dengan mempertimbangkan kondisi serta sistem pendidikan yang berlaku di Indonesia, model pendidikan inklusi di SD PAS lebih menyesuaikan dengan model mainstreaming (penempatan anak berkebutuhan khusus belajar dengan anak-anak normal bersama-sama dalam satu kelas).
Penempatan anak berkebutuhan khusus di SD PAS dilakukan dengan 3 (tiga) model, yaitu : (1) Kelas reguler (inklusi penuh), yaitu anak berkebutuhan khusus belajar bersama anak normal sepanjang hari di kelas reguler dengan menggunakan kurikulum yang sama. (2) Kelas reguler dengan cluster yaitu anak berkebutuhan khusus belajar bersama anak normal di kelas reguler dalam kelompok khusus. (3) Kelas Khusus dengan integrasi yaitu anak berkebutuhan khusus belajar secara khusus di kelas tersendiri, dan pada kegiatan tertentu belajar bersama siswa normal.
Metode Pembelajaran
1. Active Learning ; Siswa lebih banyak berperan aktif, kreatif, terampil dan mandiri. Metode : Kelompok/Kerjasama, Diskusi (memecahkan masalah), Praktek, Tanya jawab, Inkuiri (penelahan sesuatu, dengan cara mencari kesimpulan), Mengarang.
2. Multiple Intelegence; Proses pembelajaran dengan memaksimalkan kemampuan anak antara lain: Visual/Linguistik, Musikal, Logika/Math, Visual/Spatial, Naturalist, Bodily/kinesthetic, Intra/personal, Inter/personal. Metode : Simulasi, Demonstrasi, Praktek, Permainan, Pemberian Tugas, Bermain peran.
3. Assembly; Program kegiatan dengan nuansa ceria untuk menampilkan (pentas) kreatifitas belajar siswa, guna meningkatkan percaya diri dan keberanian siswa. Metode: Peragaan.
4. Field trip; Kunjungan ke obyek belajar sesuai dengan tema, sehingga siswa mendapatkan informasi nyata.
Metode : Karyawisata, Partisipatorik (siswa diikutsertakan dalam kegiatan yang sebenarnya dalam kehidupan masyarakat), dan Cultural activies.
5. Observasi; Menganalisa secara sistematis, mengenai tingkah laku, kemampuan (tertinggi/terendah) dan sosialisasi emosinya dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung. Metode tersebut diiakukan sebelum siswa masuk sekolah (pada saat pendaftaran).
6. Bina Diri (Practical Life); Memberikan pengembangan dari tugas organisasi dan urutan kognisi melalui perawatan diri sendiri, perawatan lingkungan, melatih rasa syukur dan saling menghormati, dan koordinasi dari pergerakan fisik.
HARAPAN
Implementasi yang diharapkan muncul atas hasil tulisan ini bagi masyarakat adalah : Pertama, munculnya kesadaran masyarakat untuk saling menerima dan memberikan dukungan untuk melibatkan anaknya dalam pendidikan inklusi. Dalam hal ini diharapkan masyarakat yang anaknya normal tidak merasa khawatir anaknya bersosialisasi dengan siswa berkebutuhan khusus dan orang tua siswa berkebutuhan khusus tidak merasa rendah diri, sehingga muncul kondisi saling mendukung. Dukungan moral dari orang tua yang memiliki anak normal terhadap orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus juga akan diberikan. Kedua, akan muncul partisipasi aktif masyarakat seperti adanya kesadaran untuk memberikan arahan kepada orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus untuk ikut dalam pendidikan inklusi. Partisipasi juga dapat berupa dukungan dana, khususnya bagi kalangan yang mampu dan memiliki perhatian yang tinggi terhadap dunia pendidikan.

Data Formal

Nama Sekolah :
SD PAS
(Yayasan Purba Adhi)

Alamat Sekolah:
Jln. Let.Jend. S.Parman No. 19B Purbalingga Jateng Telp 0281.894055 / Fax 0281. 894237

Alamat Yayasan
Gd. Menara Kuningan Lt.3 Unit LM
Jl. H.R Rasuna Said Blok X-7 Kav. 5
Jakarta Selatan 12940
Telp. 021. 30015977 - 78
Fax 021.30015980

Kepala Sekolah
Dra. Ida Farida

Kepala Program Elanda Rostina M.Pd.

Pendiri &
Ketua Yayasan
Purbadi Hardjoprajitno

Visi & Misi
Visi :
Membangun Tunas Bangsa Berkarakter

Misi :
Membentuk peserta didik menjadi mandiri dan bertanggungjawab, memahami dan menghargai perbedaan, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian, mengembangkan sikap dan perilaku peserta didik yang dilandasi iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menghasilkan peserta didik yang bermutu, berkualitas, bermoral dan berwawasan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar